Sabtu, 27 Februari 2010

KRONOLOGI AKSI 26 NOPEMBER 1998 DI TARUTUNG
HASIL INVESTIGASI PBHI SUMUT

Pukul 07.30 WIB
Mahasiswa mengadakan mimbar bebas di Jl. Raya Porsea untuk menarik
perhatian masyarakat Porsea serta membangkitkan semangat masyarakat yang
ketakutan diintimidasi aparat sehingga menarik perhatian pelajar Porsea dan
bergabung dalam aksi menuju Kota Tarutung dengan mengendari truk. Jumlah
massa yang terkumpul, dengan mahasiswa dari FARMASU dan Unika. St. Thomas
Medan, berjumlah sekitar 5.000 orang.

Pukul 08.25 WIB
Mahasiswa melakukan rally menuju keliling Porsea melintasi jalan-jalan raya
sampai ke Sirait Uruk untuk menyemangati warga yang dilalui.

Pukul 09.30 WIB
Massa dengan menggunakan bus umum (Karona) dan puluhan mobil L 300 serta
kendaraan roda dua, berangkat menuju ke Tarutung. Massa berangkat dari
jembatan Porsea secara beriringan.

Pukul 12.00 WIB
Massa tiba di Kota Tarutung, massa kemudian bergerak tertib dipandu
komandan aksi dari mahasiswa Unika St. Thomas menuju Polres Taput sembari
mengingatkan kemungkinan adanya penyusup yang akan memprovokasi keadaan,
dan diruas jalan menuju Polres Taput, massa dihadang (diblokade) aparat
keamanan dengan posisi sebagai berikut:

1. Lapisan pertama (depan) pasukan anti huru-hara Polres Taput berjumlah 30
personil dipimpin oleh Lettu S.M. Rajagukguk.
2. Lapisan kedua pasukan dari Brimob berjumlah 20 personil lengkap dengan
peralatan senjata.
3. Lapisan ketiga dari satuan AD yang berjumlah 20 personil dan ditambah
beberapa personil dari satuan PM lengkap dengan senjata.

Komando penghadang aksi massa dipimpin Kapten Silitonga.

Pukul 12.15 WIB
Orasi bersama di depan gedung nasional sembari aparat keamanan berjaga.
(Gedung Nasional terletak 200 meter dari Polres Taput).

Pukul 12.40 WIB
Satuan aparat penghadang, melalui Kapten Silitonga menyampaikan permintaan
Kapolres Taput untuk menerima perwakilan aksi sebanyak 3 orang sebagai
delegator. Massa menolak tawaran Kapolres dan meminta Kapolres untuk hadir
menemui para pengunjuk rasa. Namu Kapten Silitonga menjelaskan bahwa
Kapolres tidak mau turun karena jumlah massa terlalu banyak". Mahasiswa
menjamin bahwa Kapolres tidak akan diapa-apakan. Aksi mereka adalah aksi
damai.

Pukul 13.00 WIB
Terjadi ketegangan antara aparat dengan massa. Negosiasi tidak membuahkan
hasil walau masyarakat telah memberikan waktu agar Kapolres mau menemui
mereka.

Pukul 13.15 WIB
Terjadi pelemparan batu dari aparat yang berada di atas (sekitar lapangan
Mapolres Taput) untuk memprovokasi keadaan. Hal tersebut menimbulkan
kemarahan massa. Namun pimpinan aksi mengingatkan massa agar tidak
terpancing provokasi.

Pukul 13.20 WIB
Pagar batas (Kawat berduri) milik aparat disingkirkan oleh massa.

Pukul 13.25 WIB
Terjadi dorong-mendorong antara massa, dimana mahasiswa berada pada lapisan
paling depan dengan aparat lapis pertama.

Pukul 13.40 WIB
Aparat makin beringas. Aksi damai masyarakat dan mhasiswa dibalas dengan
tembakan, yang dilakukan oleh Brimob (lapis kedua) dan dengan spontan lapis
pertama memukuli massa sehingga membuat massa kocar-kacir menyelematkan
iri. Namun aparat terus menembak sambil mengejar massa. Mereka memukuli
massa secara membabi buta. Tembakan gas air mata dilepaskan untuk
membubarkan kerumunan massa. Aparat juga menangkapi massa yang bersembunyi
di rumah-rumah penduduk.

Pukul 14.00 WIB
Beberapa korban yang bergeletakan di jalan dilarikan ke RS Tarutung, Balige
dan Porsea.

Pukul 14.30 WIB
Aparat terus mengejar massa sampai ke tengah-tengah kota, ke lorong-lorong
jalan kecil dan menyisir rumah-rumah penduduk.

Pukul 15.00 WIB
Massa terus ditangkapi dan dipukuli, terutama mereka yang terjebak di
Gedung Nasional. Mereka diseret dipukuli lalu disuruh merayap di jalan
aspal menuju kantor Polres Taput.

Pukul 15.40 WIB
Aparat dari satuan Brimob datang ke RSU Tarutung dan sempat membuat panik
massa yang berada di RS tersebut.

Pukul 15.45 WIB
Korban tiba di RS HKBP Balige langsung ditangani dokter bagian UGD.

Pukul 16.30 WIB
Diperoleh informasi dari Frater Purba, mahasiswa yang ada di Gereja Katolik
dijemput oleh aparat Polres Taput utuk bernegosiasi dengan Muspida.

Pukul 16.50 WIB
Diperoleh informasi bahwa Ir. Panuju Manurung (28) alumni Universitas Satya
Wacana, warga desa Lumban Kuala Porsea, salah seorang korban aksi tanggal
22 November 1998, telah meninggal dunia di RSU Tarutung. Korban adalah anak
Letkol (purn Marinir) Gustav Manurung. Menurut rencana akan dikuburkan
Sabtu sore.

Pukul 17.00 WIB
Aparat intel Polsek Balige mendatangi RS HKBP Balige untuk menginterogasi
korban, namun tidak memperoleh data-data korban.

Pukul 17.15 WIB
Keadaan kota Tarutung normal kembali.

Pukul 19.30 WIB
Korban yang berada di RS HKBP Balige dipindahkan ke RS Vita Insani Pematang
Siantar dan RS Elisabeth Medan.

NAMA-NAMA KORBAN YANG DIBAWA KE RS HKBP BALIGE :

1. Koslin Silalahi (mhs. Unika St. Thomas), kenapa pukulan di kepala dan
badan sehingga mengalami pendarahan di kepala.
2. Ronni Simangunsong (17) pelajar SMUN I Porse, ditembak di bagian ketiak
dan kaki.
3. Tumpal Sihombing (17) warga Silimbat, ditembak di bagian pinggul dan
dipukul di bagian kepala.
4. Bajar Tambunan (39) warga Gala-gala Parkailan, Porsea, ditembak di
bagian punggung dan pundak dengan luka enam (6) tembakan. ***

Tidak ada komentar: